Monday, December 24, 2012

Secarik Surat Untuk Ayah

Hari ini, 25 Desember 2012, yah, another christmas day laah, dan semenjak 1,5 tahun ini, Hari natal tidak pernah semenyenangkan dulu, Sejak tahun lalu Natal selalu kami lewati tanpa kehadiran sosok pemimpin keluarga yang merupakan seorang mualaf. ya. sosok itu adalah Sentot Sugianto, Ayahku. Dia lah yang membesarkanku dia lah yang mengurusku, dia lah sosok yang selalu menghibur dan menyemangati bila aku sedang tenggelam , dia lah yang pertama menyelamatiku disaat aku sedang berada di puncak kebahagiaan. dialah seorang Ayah yang selalu ada di saat kapanpun aku membutuhkannya. sampai sekarang pun, aku percaya Papah masih tetap ada untukku, walaupun sudah tidak mungkin untuk bertemu, tapi aku yakin papah masih ada disini, berdiri tegap, disampingku malam ini. Sudah 2 tahun ini aku kehilangan dia, sebuah tragedi masih sangat sangat membekas . sebuah luka dan memori yang tidak mungkin bisa hilang dari kepala ini, tidak mungkin bisa sembuh ataupun dilupakan. hari itu, 11 Juli 2011. senin, pukul 20.00 , dia pergi, meninggalkan kita semua, ke tempat yang aku percaya adalah tempat yang jauh lebih indah daripada di bumi ini. begitu cepat dia pergi. tidak meninggalkan pesan apapun. jangankan pesan, waktu itu. satu kata terakhir yang kudengar darinya adalah "kamu tu cowok apa bukan? kalo ngganti galon aqua aja ga bisa?! " , ya. di siang hari itu, kami bertengkar. sebuah pertengkaran perpisahan yang meninggalkan sejumlah beban dan dunia baru yang diwariskannya kepadaku. sebuah tugas sebagai kepala keluarga yang aku sama sekali belum siap untuk melakukannya kala itu, malam itu disaat papah sudah pergi, mamah yang waktu itu masih dinas di jakarta meneleponku "dek, sekarang kamu tanggungan mamah, tinggal kamu cowok satu"nya di keluarga ini, kamu harus bisa ya" aku langsung menangis seketika mendengar kata" ibuku lewat telepon ini, seorang istri yang bahkan tidak bisa langsung melihat jasad suaminya karena tidak bisa pulang ke jogja malam itu karena tidak ada tiket, dan bahkan bukan aku yang memberinya semangat tapi justru mamah yang memberiku semangat darisana. keesokan harinya, mamah pulang ke jogja dan kami berkumpul di depan peti papah di makam, hari itu, terakhir kalinya, kami melihat dia, sosok pembangun keluarga ini, sosok pemberi nafkah keluarga. sosok pemimpin, dan pahlawan di hati kami semua, kembali teringat, masih banyak sekali hal yang belum kulakukan bersamanya, aku sering berharap kita dapat merokok bersama di teras rumah, memilih kampus kuliah bersama, mengurus kebun bersama, namun semua itu hanya tinggal impian belaka. Pah.... semoga papah bisa bahagia disana pah, kami akan terus berdoa untukmu, 25 Desember 2012 ini, aku, Candra Candrian, anak bungsu mu ini, menyampaikan dengan tulus dan rasa kangen yang dalam. Selamat Natal Ayah ..........

No comments:

Post a Comment

yooo dikomen dikomen......